Di era digital ini, masih banyak masyarakat yang tidak menyadari bahaya jejak digital yang tersimpan di media sosial. Didukung gadget canggih yang dimiliki, mereka kerap membagikan foto hingga video pribadi di media sosial. Padahal ada bahaya yang mengintai dari jejak digital yang terekam.
Lalu, apakah jejak digital itu? Jejak digital adalah jejak data yang tertinggal di dunia maya baik yang pengguna sadari seperti mengunggah foto dan video maupun yang tidak disadari seperti rute pada gmaps maupun laman yang dikunjungi. Semua jejak data ini sulit dihilangkan dan rentan disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Hingga kini masih banyak pengguna yang membagikan informasi pribadinya di internet. Padahal tindakan tersebut berisiko mendatangkan berbagai masalah serius di masa mendatang.
Lalu masalah apa saja yang dapat merugikan hingga membahayakan pengguna akibat jejak digital? Berikut di antaranya.
Bahaya pertama yang ditimbulkan jejak digital adalah Digital Exposure. Dampaknya, berbagai pihak tak bertanggung jawab jadi memiliki akses untuk mencuri data pribadi tanpa diketahui. Bahkan, tidak menutup kemungkinan mereka bisa mencuri identitas atau melakukan tindak kriminal lainnya karena adanya kesempatan.
Mencoreng reputasi menjadi salah satu bahaya yang patut dikhawatirkan lantaran dapat menghancurkan karir seseorang. Perlu diketahui, di era digital ini banyak recruiter yang memanfaatkan platform media sosial untuk mencari tahu background calon karyawannya.
Tentu hal ini bisa sangat merugikan pelamar jika sedari awal tidak berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi di platform digitalnya. Imbasnya, reputasi profesional pelamar akan tercoreng dan membuat pelamar kesulitan mencari pekerjaan di kemudian hari.
Istilah phising atau serangan manipulatif yang bertujuan untuk mencuri data penting pengguna menjadi bahaya jejak digital selanjutnya yang mengintai seandainya pengguna lalai dalam mengelola informasi pribadi miliknya.
Phising sangat membahayakan pengguna karena penyerang bisa membobol berbagai data penting seperti rekening ATM, data login dan nomor seri kartu kredit. Dalam melancarkan aksinya, phising sengaja dirancang mirip lembaga maupun institusi resmi agar korban mudah percaya dengan tipuan pelaku.
Sementara itu, dikutip dari artikel The State of Phising Attacks yang ditulis Jason Hong phising bekerja dalam tiga tahapan. Pertama, calon korban menerima “umpan”. Kedua, sang calon korban “memakan umpan” tersebut. Ketiga, setelah umpan sukses termakan barulah pelaku memonetisasi informasi yang berhasil diperoleh dengan cara memeras.
Demikian penjelasan terkait bahaya yang ditimbulkan jejak digital. Tak hanya individual, sekelas perusahaan pun harus selalu berhati-hati karena apapun yang dibagikan di platform digital bisa terekam dan dilihat pihak lain.
Oleh karena itu, perilaku hati-hati dan bijak dalam bersosial media seperti sedang berada di ruang publik diperlukan. Perlu diingat, segala sesuatu yang telah diposting di media sosial akan meninggalkan jejak digital walau sudah di private bahkan dihapus sekalipun.
Ikut menyadari bahaya jejak digital, AMT IT Solutions memiliki Information Security Solution Series yang bisa memberikan perlindungan maksimal terhadap infrastruktur, data hingga aplikasi perusahaan. AMT IT Solutions memahami bahwa data merupakan aset penting suatu perusahaan yang perlu dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, percayakan urusan keamanan data perusahaan Anda hanya pada AMT IT Solutions.
Contact us